Sahabat ?
Sosok orang yang dekat dengan kita, yang tau kita, yang tau
jelek nya kita, baik nya kita, buruk nya kita.
Sosok sahabat yang tau bagaimana latar belakang kita
Tapi bagaimana jika selama ini yang sudah kita anggap
sahabat, ternyata di belakang kita dia menilai kita dengan materia atau mala
sebalik nya mereka jijik dengan status sosial yang kita punya ?
Gapernah sepadan dengan mereka, mungkin di dalam HIDUP ku sebuah
ke bulshitan jika berteman itu tulus, kita perlu uang untuk berteman. Ya that’s true kita butuh uang lebih untuk
berteman.
Karena mana mungkin kita akan traveling and bla bla bla with
friends without money ? lol
Aku ?
Aku adalah sosok wanita yang terlahir dari keluarga
sederhana, bisa di bilang menyedihkan kisah pertemanan ku, aku fikir indah di saat
aku belum menginjak umur 15 tahun semua yang berteman dengan ku, aku anggap
mereka semua tulus. Ya that’s right.
Sampai akhir nya aku beranjak umur 16 , aku sudah masuk di
dunia beranjak kedewasaan. Sejenak aku terdiam dan tersadar jika semua teman ku
menghilang, sebelum nya aku memang punya teman yang beda status drajat nya
dengan ku yang lebih tinggi mungkin status nya di banding aku, mereka sering
mengadakan bermain ,jalan jalan tapi tanpa aku. Apalah aku.
Ketika aku beranjak 16 , aku merasa sepi hanya beberapa yang
mau menjalin pertemanan dengan ku, karena aku tau aku berada di lingkuingan
yang salah, yang bukan sederajat dengan ku. Bahkan teman teman saat di junior
high school dulu mereka lebih senang pergi tanpa aku, ya aku mengaku aku tak seperti teman teman ku yang selalu
minta dan di beri lebih, aku terlahir menjadi sosok wanita yang sadar akan
ekonomi keluarga ku, pernah terlintas ke irian terhadap mereka karena aku ga
segampang mereka yang minta lalu di beri, aku selalu berusaha sendiri tanpa
meminta orang tua ku, kalaupun aku meninta hal itu tak akan di beri segampang
itu karena aku sadar masih ada biaya yang harus di penuhi.
Di umur ku yang 16 dimana titik kesedihan ku semuanya
menyatu, titik dimana aku di bully teman teman,
ya, aku sangat tersiksa oleh semua nya bahkan sampai sekarang jika aku ingat masa itu air mata ku selalu jatuh, aku selalu trauma dengan teman yang di lingkungan berkelas status nya.
ya, aku sangat tersiksa oleh semua nya bahkan sampai sekarang jika aku ingat masa itu air mata ku selalu jatuh, aku selalu trauma dengan teman yang di lingkungan berkelas status nya.
Sampai akhirnya titik sabar ku pun habis di umur 16 akhir,
aku sempat brontak dengan semuanya karena aku perlu ketenangan, akhirnya
semuanya berakhir di umur 17 aku mendapatkan teman yang aku anggap mereka semua
sama dan patuh dengan agama.
Tapi entah rasanya masih terasa resah karena aku masih
berada di lingkungan tersebut, rasanya ingin cepat pergi dari lingkungan
tersebut.
Setelah lama aku menanti akhirnya aku telah selesai
menyelesaikan pendidikan di lingkungan orang orang berkelas. Aku berfikir apa
mungkin aku yang salah memilih lingkungan atau memang aku merasa shock bahwa
pergaulan di lingkungan tersebut memamng harus membutuhkan uang dan bermuka
dua, tidak jarang teman ku disana yang bermuka dua untuk mendapat kan teman
yang mempunyai status sosial tinggi.
Bahkan aku sempat merasakan tempat tempat istimewa yang
slalu di kunjungi orang orang yang mempunyai status sosial tingggi tempat
coffee atau tempat makan, dan tempat belanja lain nya.
Tapi aku bersyukur aku tidak mempunyai keinginan tersebut
karena aku sadar aku dari keluarga yang sederhana dan seadanya, memang sangat
sakit ketika aku mengetahui ternyata pertemanan itu seperti ini. Mereka mencari yang cantik/tampan, pintar ,
status sosial yang tinggi. Bahkan sekalipun orang bodoh pun tetap di temani jika
ia punya status soial yang tinggi. Sungguh sangat kejam dunia pertemanan di
kedewasaan tersebut tidak ada pertemanan yang tulus seperti masa kecil.
Keluarga ku mengajarkan bahwa aku harus menjadi mandiri
walaupun aku anak terakhir yang selalu dibilang "pasti anak terakhir selalu
dimanja orang tua" tapi kenyataan nya aku selalu berusaha sendiri apapun yang
aku mau selalu aku berjuang dari awal tanpa merepotkan mereka, karena aku
berkaca aku bukan anak pejabat seperti lingkungan pertemanan ku.
Aku bersyukur dengan semua yang aku punya, ya memang aku
sangat marah jika ada orang yang selalu membeda medakan status sosial, tapi itu
kenyataan nya yg ada aku bicara secara realitanya tanpa aku lebihkan karena aku
yang merasa pernah tau rasa itu.
Ketika aku berada di umur 18 sekarang aku sadar ternyata
semua pertemanan yang aku rasakan kemarin semuanya bulshit, sekarang aku bukan
wanita bego lagi yang selalu di pojokan, aku sudah beranjak dewasa aku tau aku
harus apa dan aku harus bagaimana.
Dari semuanya aku belajar dalam berteman aku harus
bagaimana, ya mungkin aku seorang wanita yang ceria tapi orang ceria justru
yang punya rasa sedih lebih karena aku berusaha menutupi semuanya dengan rasa
kecerian ku yang palsu, aku orang yang termasuk cengeng dalam menyikapi apapun
tapi dari semua kisah pertemanan yg menurutku bulshit mengajarkan ku
kekuatan,tanpa ada air mata.
Tuhan sudah cuckup aku bertemu dengan orang orang seperti
mereka, terimakasih mereka sangat menjgajarkan ku kehidupan.
Aku bisa menjadi lebih baik lagi untuk kedepan nya,
terimakaish rasa sakit yang pernah datang lalu digantikan dengan kebahgiaan
keluarga ku sekarang. Aku sangat bersyukur